Sahabat Mang Kokon Menjawab

7 01 2014

Sedang bersantai di rumah, tiba-tiba ada email masuk dan membuatku tersentak. Ekspresi yang tidak mungkin muncul bila isinya seputar milist. Kali ini lain, yang sudah menyimak autobiografiku pasti kenal Mang Kokon. Dan inilah email mengejutkan itu:

Heru Cheryana

To Me
 
Aug 24, 2013
Assalamu’alikum wr wb 
Setelah saya baca biografi mas Iyan , ini cuplikannya : 
Dimulai ketika aku berbalap lari dengan temanku Ruslan dan Nandang. Entah mengapa aku bisa terjatuh, dan akhirnya kepalaku menghantam batu. Aku menangis sendirian sedang temanku tak sadar dan terus berlari. Darah muncrat dari pelipisku, membuat tangisku semakin menjadi. Saat itulah aku ditolong seseorang bernama Mang Kokon. Dia membopongku menuju ke nenekku. Akupun diobati dengan jampi yang tak kumengerti. Orang zaman baheula mah memang kuat jampi-jampinya.

Dialah Mang Kokon, dewa penolongku. Padahal aku mungkin saja mati kehabisan darah kalau tak ditolong olehnya. Ada cerita menarik mengenai Mang Kokon…

Mang Kokon adalah seorang anak dari makelar tanah yang kaya raya bernama Bah Inta. Kata orang-orang, Mang Kokon itu disekolahkan sampai menjadi sarjana. Namun akhir kisahnya harus menyedihkan. Bila kamu mengunjungi kampungku sekarang, kini Mang Kokon hanyalah seorang pria yang sering tertawa-tawa sendiri. Kewarasannya agak terganggu.

Dia sekarang sering menulis di dinding memakai arang. Tapi kalau boleh aku menganalisis, tampak benar kalau Mang Kokon pernah melewati masa-masa sebagai mahasiswa.

Coba simak tulisan ini…

“Preman lakukan 5 kali tebang habis, pembunuh disembah!”

Kalau menurutku berarti ini adalah masa-masa ketika gencar-gencarnya zaman Petrus (Penembak Misterius,red). Entah benar entah tidak, waktu zaman Suharto katanya masyarakat bisa damai tentram, karena Petrus tadi. Orang-orang macam preman banyak yang menghilang secara misterius. Pers juga waktu itu masih dibungkam. Hak azasi tiada artinya.

Mungkin itulah masa-masanya Mang Kokon…

Yang membuat geli adalah ketidakwarasan Mang Kokon

mas iyan , saya lagi mencari teman kuliah namanya Kokon , dia dulu mahasiswa politelnik bandung angkatan 1983 , tapi kami kehilangan kontak …
Nah setelah sy baca biografinya mas iyan , ternyata mas iyan cerita mengenai seseorang bernama mang kokon , jangan2 yg di ceritakan maa iyan adalah kokon yg kami cari , ken ciri2 nya sama 

klo bisa minta alamat di dago pakarnya , kami akan. Cari kesana 
Mudag2an mas iyan berkenan membantu,
Terima kasih sebelumnya 

Salam, 
Heru cheryana
Sent from my iPhone

 
Ya ampun sempit sekali dunia, sungguh aku tidak menyangka…dengan memposting blog seperti ini akan dibaca oleh orang-orang yang mungkin sangat tidak terduga. Peluangnya mungkin satu banding sejuta. Setengah shock dan kujawab:
Walaikum Salam

Wah mas, betapa sempitnya dunia ini kalau ternyata itu benar.
Alamatnya di Jalan Raya Golf, gang Haji Syafei, kampung cirapuhan, Kec. Cimenyan. Patokannya kalau mas tahu Dago Resort itu di jalan masuknya, ada kampung di lembahnya.

Mungkin akan kaget mas melihat Mang Kokon sekarang. Masih linglung, mungkin support dan perhatian rekan-rekannya pas kuliah akan berarti banyak untuk beliau.

Salam,
Iyan Nurdiansyah

 
Terima kasih informasinya , mudah2an memang benar itu teman kami kuliah dulu, krn sejak kami lulus kuliah thn 1986 sdh tdk pernah ketemu lagi
  Insya Allah , kami akan coba telusuri alamat tsb , kebetulan sy tinggal di jakarta 
Sekali lagi terima kasih infonya 

Anyway , tulisan mas Iyan sangat bagus , saya sampai minta anak2 saya utk membacanya … 

Salam kenal 

Heru cheryana 

Sent from my iPhone

 
Sungguh luar biasa, harapanku Mang Kokon bisa mendapat perhatian dari teman-temannya. Terima kasih dunia per-blog-an.
 




Balada Sidang Tugas Akhir

20 06 2011

Wow…ketika tercapai kesepakatan jadwal sidang TA dengan penguji, terasa bahwa sesuatu yang besar telah menanti di depan mata. Aku akan sidang, sidang untuk dapat menjadi seorang sarjana. Tak terbayangkan sungguh, nanti akan seperti apa.

Saya menyelesaikan revisi Tugas Akhir bersama Abida Zurika, kemudian memprintnya…150 ribu menguap begitu saja, mencekik kantong mahasiswaku. 3 hari menuju sidang terasa menyiksa, menyiapkan segala yang mungkin perlu dan takutnya akan ditanyakan dosen penguji. Aku tidak mau sidang nanti jadi ladang pembantaian.

Akhirnya H-1 sidang, cukup…mungkin telah cukup yang telah kulakukan. 15 Juni 2011, Gerhana bulan total menyertai malam itu. Tidur serasa di atas ranjang paku, gelisah susah memejamkan mata. Pikiran menerawang kemana-mana, membayangkan seperti apa pagi esok.Cepat tidur…besok jangan sampai terlambat bangun! Teriakku pada pikiran yang berkelana kemana-mana ini.

Rika
menelpon sekaligus membangunkanku pukul 5 pagi. Bergegas bangun dan menyiapkan segalanya bersama Alvin Ivan Handoko. Ini hari besar dan bersejarah untuk kita!

Berangkat ke kampus pukul 6 lebih, melawan udara Bandung yang dinginnya masih menggigit tulang. Sesampainya di kampus, kami cek ruangan lagi ke petugas TU, dan memasang segala peralatan sidang.

Tak lama supporter kami berdua, Rika dan Liza datang, memasangkan dasi…hehe dan tentunya support luar biasa. Pembimbing kami, Bapak F.X. Toha, akhirnya datang. Beliau tertawa melihat aku yang tengah dipasangkan dasi. “Wah, uda banyak supporternya ya?”,sapa beliau.

Pukul 7.30 adalah waktu yang dijanjikan untuk sidang, kini telah terlewati. Ada perasaan was-was, takut kalau penguji lupa jadwal. Akhirnya ketakutan sirna, setelah Bapak Erza datang. Ya setelah itu, menysuul datang Pak Hasbie pukul 8.30, setelah kami berdua presentasi terlebih dahulu. Memang agak aneh format sidangnya, akibat kesibukan para dosen.

Syukurlah,semua lancar. Tak ada kendala berarti. Pukul 10.00 sidang selesai dan kami merayakan sidang kami. Euforia, semua wajah penuh senyuman.

Saya kabarkan kelulusan saya kepada semua orang yang berjasa mengantar saya menjadi sarjana ini.Satu anak tangga berhasil saya lewati, di depan saya anak tangga kehidupan menanti.





Lagu keren The Panas Dalam yang sarat pesan

3 06 2011

Yeuh, aya digigireun (Nih, ada dipinggirnya)
Hey, anu gelo ulah gandeng nde bobo (Hey, orang gila jangan berisik ade bobo)
Insya Allah enjing-enjing bade ngiring (Insya Allah pagi-pagi mau ikut)
Jeung ibuna naek kuda di Ganesha ( Sama ibunya naik kuda di Ganesha)

Yeuh, ieu anak saya (Nih, ini anak saya)
Kasep bageur soleh nurun ti bapana (Ganteng baik soleh turunan dari bapanya)
Gaduh kaos kaki seueur warna warni (Punya kaos kaki banyak warna warni)
Topi rompi bade meser tanggal hiji (Topi rompi mau beli tanggal satu)

Sing luhur sakola (Yang tinggi sekolah)
Elehkeun si bapa (Kalahkan si bapak)
Bagikeun elmuna (Bagikan ilmunya)
Anu sombong moal boga babaturan (Yang sombong tak akan punya teman)

Yeuh, tingal diri kami (Nih, lihat diri kami)
Langkung bagja ti kaluarga cemara (Lebih bahagia dari keluarga cemara)
Artos seueur tapina moal bebeja (Uang banyak tapi ga akan dibilang-bilang)
Kami sieun bilih dipaok tatangga (Kami takut nanti dicuri tetangga)

Yeuh, hayu geura gede (Oy, ayo cepat gede)
Indonesia geus direbut kelong wewe (Indonesia uda direbut wewe gombel)
Lamun maneh cicing wae teu kabere (Kalau kamu diam ga akan kebagian)
Mun teu kabere mendingan cicing wae (Kalau tak kebagian mending diam aja)

Upami si bapa (kalau si Bapak)
Ngan nyieun kaera (hanya bikin malu)
Mun kitu hampura (Ya sudah minta maaf)
Bapa mah maklum budak baheula (Bapak mah maklum anak zaman dulu)

The Panas Dalam, Budak Baheula





Meramaikan fuckyeahmahasiswa.tumblr.com 2

31 05 2011





penghujung ITB

31 05 2011

Sungguh senang bercampur bangga, melihat teman-teman seangkatan sudah ada yang sidang dan menyandang gelar sarjana. Semangat jadi terlecut untuk segera mengikuti jejak mereka, dengan menyelesaikan sesegera mungkin Tugas Akhir ini. Baguslah, ternyata melihat orang yang berhasil itu memberikan efek domino terhadap diri kita. Energi positif menyeruak, membuat semangat kembali menyala.

Sadar, aku sekarang di ujung pergantian musim. 6 bulan dari sekarang akan terasa sangat berbeda. Atmosfer sudah akan segera berubah, dan sepertinya kita akan segera meninggalkan atmosfer ITB ini untuk menjalani hidup di atmosfer masing-masing. Hanya merasa waktu ini sangat cepat berlalu. Merasa baru saja aku memegang buku bimbel, untuk persiapan masuk ITB, namun sekarang aku sudah akan meninggalkan kampus tercinta ini.

Aku diwarisi banyak hal di kampus ini, namun yang paling berharga adalah kesempatan menjalin persahabatan dengan teman dari seluruh pelosok Indonesia. Aku merasa jadi merasa banyak saudara. Mudah-mudahan setelah tamat kuliah ini, silaturahmi tetap terjaga. Dengan kecanggihan internet, harusnya jarak tidak akan memisahkan kita.

Teman-teman TPB, Sipil, dan seluruh ITB, terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku. 🙂